Manusia Makhluk Ekologis, Tak Bisa Hidup Tanpa Alam
Atas nama keuntungan ekonomi, alam dieksploitasi sedemikian rupa.
Manusia sekarang bertekad mengeruk seluruh isi alam tanpa mengindahkan
kelestarian di masa depan. Padahal Sang Pencipta menakdirkan bahwa
manusia tak pernah bisa hidup sendiri tanpa sesamanya yakni sesama
manusia maupun sesama ciptaan Tuhan seperti alam, flora dan fauna. Maka,
selain disebut sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk
ekologis karena ia tak pernah bisa hidup sendiri tanpa alam ciptaan.Sebagai makhluk ekologis, manusia semestinya menyadari cara hadir di bumi dan cara berelasi dengan bumi dan alam ini. Namun kenyataannya, manusia telah mengeksploitasi alam ini atas nama kesejahteraan manusia yang mengakibatkan kerusakan yang masif.
Dengan merusak alam ciptaan, manusia sebenarnya sedang menghancurkan peradaban dirinya sendiri. Fritjof Capra, fisikawan berkebangsaan Austria yang menulis buku “The Web of Life” mengatakan bahwa pada dasawarsa-dasawarsa mendatang nasib umat manusia akan tergantung pada melek ekologis, yaitu kemampuan memahami prinsip-prinsip dasar ekologi dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ekologis.
Namun, dengan dalih keuntungan ekonomi yang serakah, alam dihancurkan. Tanah-tanah dipacu (dipaksa) dengan pupuk kimia dan obat-obatan pertanian supaya menghasilkan pangan yang melimpah. Akibatnya, daya dukung tanah menurun. Makhluk-makhluk hidup yang berjasa menyuburkan tanah pun mati terkena racun.
Sementara itu, untuk meraup keuntungan ekonomi tinggi, bukit-bukit dibabat, hutan-hutan digunduli. Tak jarang hal itu harus berhadapan dengan penduduk setempat yang benar-benar menggantungkan hidupnya pada alam sebagai petani. Mereka terancam. Tak hanya mereka dan alam tempat mereka bergantung, bahkan kebudayaan mereka pun terancam. Benarlah seperti yang dikatakan Mahatma Gandhi, dunia ini cukup untuk menghidupi seluruh manusia, tetapi tak akan cukup untuk satu orang yang serakah. Apalagi di negeri ini, keserakahan itu menggurita dalam lembaga yang mempunyai otoritas.
Kondisi itu memperlihatkan bahwa keserakahan merusak jatidiri manusia ekologis. Melek ekologis sebagaimana yang menurut Capra menentukan nasib manusia berganti menjadi buta ekologis. Masa depan akan menjadi bencana jika planet ini dihuni manusia yang buta ekologis. Bahkan tak perlu menunggu masa depan, beberapa kejadian alam pun telah menunjukkan bencana itu, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kepunahan beberapa spesies penting dalam rantai makanan.
Demi pelestarian alam, manusia semestinya kembali kepada jatidiri sebagai makhluk ekologis yang melebur dalam pola-pola relasi antar makhluk. Kearifan alam selama ini telah memperlihatkan bahwa makhluk hidup satu dengan lainnya sebenarnya saling membutuhkan dalam kondisi seimbang. Kearifan alam juga sudah ditangkap oleh para nenek moyang dalam memperlakukan alam. Mereka hidup sangat selaras dengan alam dalam pola saling ketergantungan. Maka, relasi itu tak pernah mengenal dominasi, namun keselarasan. Bahkan sampah bagi makhluk satu menjadi makanan bagi makhluk lainnya. Hal itu terlihat ketika petani memakai kotoran ternak sebagai pupuk bagi tanaman. Itu adalah melek ekologi.
Untuk menyelamatkan alam ini tak ada yang lain kecuali membangkitkan melek ekologi pada manusia zaman sekarang. Karena dengan demikian, ia akan kembali memperbaiki pola relasinya dengan alam ciptaan. Mungkin akan sangat berat melakukan hal itu mengingat sudah sekian lama, manusia hidup berjarak dengan alam ketika alam hanya menjadi obyek eksploitasi, bukan subyek yang sebenarnya menjadi mitra kehidupan.
Tibalah saatnya, manusia hadir dengan ramah terhadap alam sebagai sesama warga dalam komunitas kehidupan. Maka, pola-pola relasi yang dikembangkan adalah pola yang selalu mengarah pada relasi mutualisme dan meneguhkan. Dalam situasi itu seperti yang pernah dikatakan Thomas Berry (1914-2009), kita sebenarnya sedang memasuki era Ecozoic, yakni zaman ketika kelakuan manusia dibimbing oleh gagasan komunitas bumi yang utuh, suatu periode di mana manusia tampil di bumi dalam cara yang sungguh saling meneguhkan.
Maka, hal konkret yang bisa dilakukan adalah memperbaiki cara berelasi dan berproduksi serta cara mengonsumsi. Aras pikiran, perasaan, tindakan kita harus selalu berkiblat pada kelestarian dan kesejatian alam baik dalam ranah pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), pendidikan, keluarga, maupun masyarakat kita sendiri.
Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita.
Jangan Merusak Masa
Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
19 Oktober 2015 02:03:19 Diperbarui: 19 Oktober 2015 08:16:50 Dibaca :
127 Komentar : 1 Nilai : 1
Jangan Merusak Masa Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
Ini cerita tentang seorang anak yang waktu itu berusia 12 tahun, yang
menghadiri Rio Earth Summit/UNITED NATIONS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND
DEVELOPMENT, Rio de Janeiro, Brazil pada 3-14 June 1992. Anak itu
begitu berapi – apinya menyuarakan keperihatinannya terhadap tingkah
laku para orang dewasa (orang tua) yang menurutnya telah merusak masa
depan anak–anak. Dia begitu bersemangat memuntahkan keluh – kesahnya
atas kondisi dunia saat itu, dan ketakutannya akan masa depan masyarakat
dunia serta lingkungannya. Dialah Severn Cullis-Suzuki, gadis belia
yang sekarang telah dewasa dan telah menjadi orang tua bagi anak –
anaknya. Berikut ini adalah pidato Severn yang menggugah hati dan
pikiran setiap orang dewasa yang masih waras:
Kami anak – anak yang berusia 12-13 tahun yang berusaha membuat
perubahan. Kami adalah Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg
dan saya. Kami mengumpulkan uang pribadi untuk datang kesini, 5000 mil
jauhya, untuk mengatakan kepada anda, orang dewasa, anda harus mengubah
cara anda. Saya hadir disini dan saat ini tanpa agenda tersembunyi, saya
berjuang untuk masa depan saya. Kekalahan pada masa depan saya tidak
seperti kekalahan pemilu atau point pasar saham. Saya berada disni
berbicara untuk generasi yang akan datang. Saya disini berbicara atas
nama anak – anak yang kelaparan di seluruh dunia, yang tangisannya tidak
lagi didengar. Saya disni berbicara bagi binatang yang tak terhitung
jumlahnya di seluruh planet ini, yang sekarat karena tidak ada tempat
untuk mereka.
Saya merasa takut untuk berjemur di bawah sinar matahari karena ada
lubang ozon. Saya takut menghirup udara karena tidak tahu lagi ada bahan
kimia apa disana. Saya biasa memancing di Vancouver, tempat tinggal
saya, bersama ayah (atau keluarga). Hingga beberapa tahun yang lalu kami
menemukan ikan penuh dengan kanker. Dan setiap hari kita mendengar
hewan dan tumbuhan yang punah, hilang selamanya. Dalam hidup ini, saya
bermimpi dapat melihat kawanan besar binatang liar, hutan rimba
belantara penuh dengan burung dan kupu – kupu, tapi saya sekarang
bertanya – tanya, apakah itu akan tetap ada untuk anak – anak saya.
Apkah Anda merasa khawatir tentang hal kecil seperti ini ketika anda
seusia saya?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan kita belum bertindak apa – apa,
seolah –olah masih memiliki semua waktu yang kita inginkan dan semua
solusinya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan tidak memiliki solusi
untuk semuanya, tapi saya ingin Anda sekalian menyadari bahwa Anda pun
tidak mempunyai solusi! Anda tidak tahu bagaimana cara memperbaiki
lubang pada lapisan ozon. Anda tidak tahu bagaimana membawa salmon
kembali pada aliran deras, Anda tidak tahu bagaimana mengembalikan hewan
yang telah punah. Dan Anda tidak bisa mengembalikan hutan belantara
yang sekarang menjadi gurun. Jika anda tidak tahu bagaimana
memperbaikinya, berhentilah merusaknya!
Disini anda mungkin mewakili pemerintah, pelaku bisnis, organisasi,
wartawan atau politikus, tapi sadarilah bahwa anda adalah ibu dan ayah,
saudara dan saudari, paman dan bibi, dan Anda semua adalah anak dari
seseorang. Saya hanyalah anak kecil, namun saya sadar bagian dari sebuah
keluarga, 5 miliar orang (jumlah penduduk dunia saat itu, 1992), dan
pada kenyataannya, 30 juta spesies yang beragam dan batas negara seperti
pemerintahan, tidak akan pernah mengubah hal itu. Saya hanya anak
kecil, namun saya tahu bahwa kita bersama menghadapinya, dan seharusnya
bersama – sama beraksi sebagai satu dunia menuju satu tujuan.
Dalam kemarahan, saya tidak buta, dan dalam kekuatan, saya tidak takut
untuk memberitahu dunia, bagaiamana perasaan saya. Negara saya benyak
pemborosan, kami membeli dan membuang, membeli dan membuang. Namun
negara – negara di utara tidak akan berbagi dengan yang membutuhkan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
berbagi, Kita merasa takut merelakan sebagian kekayaan bahkan
kesejahteraan.
Di kanada, kami hidup dengan nyaman, makanan, air dan tempat tinggal
tersedia. Kami memiliki jam, sepeda, komputer dan televisi hingga saat
ini. Dua hari yang lalu, di Brazil, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan beberapa anak – anak yang hidup di jalanan.
Seorang anak mengatakan hal ini kepada kami: ”Aku berharap aku kaya, dan
jika ya, Aku akan memberi anak – anak jalanan makanan, pakaian, obat –
obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang.” Jika seorang anak
jalanan yang tidak memiliki apa pun, bersedia untuk berbagi, mengapa
kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?
Saya tidak habis pikir bahwa anak-anak tersebut seusia dengan saya, dan
ada perbedaan yang besar terkait di mana kita dilahirkan. Saya bisa
menjadi salah satu dari anak – anak yang hidup di Favellas Rio; Saya
bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia; Atau korban perang di
Timur Tengah; atau pengemis di India. Saya hanya seorang anak kecil,
namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang
dipakai menyelesaikan permasalahan alam, dan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan, betapa indahnya dunia ini jadinya!
Di sekolah, bahkan di TK, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik di
dunia. Anda mendidik kami untuk tidak saling berkelahi, untuk
menyelesaikan masalah,untuk menghormati orang lain, membersihkan
kekacauan, tidak melukai makhluk lain, untuk berbagi—bukannya serakah.
Lalu mengapa Anda, dalam hidup melakukan hal – hal yang Anda katakana
tidak boleh kami lakukan? Jangan lupa mengapa anda menghadiri konferensi
ini, untuk siapa anda lakukan semua ini? Kami anak – anak Anda sendiri.
Anda menentukan dalam dunia seperti apa kami akan tumbuh berkembang.
Orang tua seharusnya menghibur anak – anaknya dengan mengatakan:
“Semuanya baik – baik saja, ini bukan akhir dari dunia, dan kami akan
melakukan yang terbaik.” Tapi Anda tidak dapat mengatakannya lagi.
Pernahkah kami ada dalam daftar prioritas anda? Ayah saya selalu
berkata:”Kamu adalah apa yang kamu lakukan, Bukan apa yang kamu
katakana!” Nah, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam
hari. Anda mengatakan bahwa Anda mengasihi kami. Saya menantang Anda,
lakukanlah tindakan yang mencerminkan kata – kata Anda! Terima kasih.
Alih bahasa Video ini disadur (dengan sedikit koreksi) dari koleksi
Video yang di upload oleh user Facebook dengan nama Wahyu Kristian
Wijaya. Versi asli dalam bahasa Inggris bisa dilihat di link ini: Severn
Cullis-Suzuki at Rio Summit 1992.
23 tahun setelah pidato bersejarah Severn itu, tampaknya tidak merubah
apa apa. Bahkan jika dilihat dengan mata, hati dan pikiran, kondisi
dunia dan lingkungan saat ini jauh lebih berbahaya bagi kehidupan
manusia saat ini, apalagi diwaktu yang akan datang. Apakah para orang
dewasa, saat itu dan saat ini tidak benar – benar menjalankan tugas
mereka sebagai orang tua yang baik dan benar? Entahlah, semua itu
kembali kepada pribadi masing – masing. Dunia dan khusunya Indonesia,
butuh manusia yang bertanggungjawab untuk mempertahankan kelangsungan
hidup manusia dan lingkungannya.
Sumber Ilustrasi
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Jangan Merusak Masa
Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
19 Oktober 2015 02:03:19 Diperbarui: 19 Oktober 2015 08:16:50 Dibaca :
127 Komentar : 1 Nilai : 1
Jangan Merusak Masa Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
Ini cerita tentang seorang anak yang waktu itu berusia 12 tahun, yang
menghadiri Rio Earth Summit/UNITED NATIONS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND
DEVELOPMENT, Rio de Janeiro, Brazil pada 3-14 June 1992. Anak itu
begitu berapi – apinya menyuarakan keperihatinannya terhadap tingkah
laku para orang dewasa (orang tua) yang menurutnya telah merusak masa
depan anak–anak. Dia begitu bersemangat memuntahkan keluh – kesahnya
atas kondisi dunia saat itu, dan ketakutannya akan masa depan masyarakat
dunia serta lingkungannya. Dialah Severn Cullis-Suzuki, gadis belia
yang sekarang telah dewasa dan telah menjadi orang tua bagi anak –
anaknya. Berikut ini adalah pidato Severn yang menggugah hati dan
pikiran setiap orang dewasa yang masih waras:
Kami anak – anak yang berusia 12-13 tahun yang berusaha membuat
perubahan. Kami adalah Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg
dan saya. Kami mengumpulkan uang pribadi untuk datang kesini, 5000 mil
jauhya, untuk mengatakan kepada anda, orang dewasa, anda harus mengubah
cara anda. Saya hadir disini dan saat ini tanpa agenda tersembunyi, saya
berjuang untuk masa depan saya. Kekalahan pada masa depan saya tidak
seperti kekalahan pemilu atau point pasar saham. Saya berada disni
berbicara untuk generasi yang akan datang. Saya disini berbicara atas
nama anak – anak yang kelaparan di seluruh dunia, yang tangisannya tidak
lagi didengar. Saya disni berbicara bagi binatang yang tak terhitung
jumlahnya di seluruh planet ini, yang sekarat karena tidak ada tempat
untuk mereka.
Saya merasa takut untuk berjemur di bawah sinar matahari karena ada
lubang ozon. Saya takut menghirup udara karena tidak tahu lagi ada bahan
kimia apa disana. Saya biasa memancing di Vancouver, tempat tinggal
saya, bersama ayah (atau keluarga). Hingga beberapa tahun yang lalu kami
menemukan ikan penuh dengan kanker. Dan setiap hari kita mendengar
hewan dan tumbuhan yang punah, hilang selamanya. Dalam hidup ini, saya
bermimpi dapat melihat kawanan besar binatang liar, hutan rimba
belantara penuh dengan burung dan kupu – kupu, tapi saya sekarang
bertanya – tanya, apakah itu akan tetap ada untuk anak – anak saya.
Apkah Anda merasa khawatir tentang hal kecil seperti ini ketika anda
seusia saya?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan kita belum bertindak apa – apa,
seolah –olah masih memiliki semua waktu yang kita inginkan dan semua
solusinya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan tidak memiliki solusi
untuk semuanya, tapi saya ingin Anda sekalian menyadari bahwa Anda pun
tidak mempunyai solusi! Anda tidak tahu bagaimana cara memperbaiki
lubang pada lapisan ozon. Anda tidak tahu bagaimana membawa salmon
kembali pada aliran deras, Anda tidak tahu bagaimana mengembalikan hewan
yang telah punah. Dan Anda tidak bisa mengembalikan hutan belantara
yang sekarang menjadi gurun. Jika anda tidak tahu bagaimana
memperbaikinya, berhentilah merusaknya!
Disini anda mungkin mewakili pemerintah, pelaku bisnis, organisasi,
wartawan atau politikus, tapi sadarilah bahwa anda adalah ibu dan ayah,
saudara dan saudari, paman dan bibi, dan Anda semua adalah anak dari
seseorang. Saya hanyalah anak kecil, namun saya sadar bagian dari sebuah
keluarga, 5 miliar orang (jumlah penduduk dunia saat itu, 1992), dan
pada kenyataannya, 30 juta spesies yang beragam dan batas negara seperti
pemerintahan, tidak akan pernah mengubah hal itu. Saya hanya anak
kecil, namun saya tahu bahwa kita bersama menghadapinya, dan seharusnya
bersama – sama beraksi sebagai satu dunia menuju satu tujuan.
Dalam kemarahan, saya tidak buta, dan dalam kekuatan, saya tidak takut
untuk memberitahu dunia, bagaiamana perasaan saya. Negara saya benyak
pemborosan, kami membeli dan membuang, membeli dan membuang. Namun
negara – negara di utara tidak akan berbagi dengan yang membutuhkan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
berbagi, Kita merasa takut merelakan sebagian kekayaan bahkan
kesejahteraan.
Di kanada, kami hidup dengan nyaman, makanan, air dan tempat tinggal
tersedia. Kami memiliki jam, sepeda, komputer dan televisi hingga saat
ini. Dua hari yang lalu, di Brazil, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan beberapa anak – anak yang hidup di jalanan.
Seorang anak mengatakan hal ini kepada kami: ”Aku berharap aku kaya, dan
jika ya, Aku akan memberi anak – anak jalanan makanan, pakaian, obat –
obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang.” Jika seorang anak
jalanan yang tidak memiliki apa pun, bersedia untuk berbagi, mengapa
kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?
Saya tidak habis pikir bahwa anak-anak tersebut seusia dengan saya, dan
ada perbedaan yang besar terkait di mana kita dilahirkan. Saya bisa
menjadi salah satu dari anak – anak yang hidup di Favellas Rio; Saya
bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia; Atau korban perang di
Timur Tengah; atau pengemis di India. Saya hanya seorang anak kecil,
namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang
dipakai menyelesaikan permasalahan alam, dan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan, betapa indahnya dunia ini jadinya!
Di sekolah, bahkan di TK, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik di
dunia. Anda mendidik kami untuk tidak saling berkelahi, untuk
menyelesaikan masalah,untuk menghormati orang lain, membersihkan
kekacauan, tidak melukai makhluk lain, untuk berbagi—bukannya serakah.
Lalu mengapa Anda, dalam hidup melakukan hal – hal yang Anda katakana
tidak boleh kami lakukan? Jangan lupa mengapa anda menghadiri konferensi
ini, untuk siapa anda lakukan semua ini? Kami anak – anak Anda sendiri.
Anda menentukan dalam dunia seperti apa kami akan tumbuh berkembang.
Orang tua seharusnya menghibur anak – anaknya dengan mengatakan:
“Semuanya baik – baik saja, ini bukan akhir dari dunia, dan kami akan
melakukan yang terbaik.” Tapi Anda tidak dapat mengatakannya lagi.
Pernahkah kami ada dalam daftar prioritas anda? Ayah saya selalu
berkata:”Kamu adalah apa yang kamu lakukan, Bukan apa yang kamu
katakana!” Nah, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam
hari. Anda mengatakan bahwa Anda mengasihi kami. Saya menantang Anda,
lakukanlah tindakan yang mencerminkan kata – kata Anda! Terima kasih.
Alih bahasa Video ini disadur (dengan sedikit koreksi) dari koleksi
Video yang di upload oleh user Facebook dengan nama Wahyu Kristian
Wijaya. Versi asli dalam bahasa Inggris bisa dilihat di link ini: Severn
Cullis-Suzuki at Rio Summit 1992.
23 tahun setelah pidato bersejarah Severn itu, tampaknya tidak merubah
apa apa. Bahkan jika dilihat dengan mata, hati dan pikiran, kondisi
dunia dan lingkungan saat ini jauh lebih berbahaya bagi kehidupan
manusia saat ini, apalagi diwaktu yang akan datang. Apakah para orang
dewasa, saat itu dan saat ini tidak benar – benar menjalankan tugas
mereka sebagai orang tua yang baik dan benar? Entahlah, semua itu
kembali kepada pribadi masing – masing. Dunia dan khusunya Indonesia,
butuh manusia yang bertanggungjawab untuk mempertahankan kelangsungan
hidup manusia dan lingkungannya.
Sumber Ilustrasi
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Jangan Merusak Masa
Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
19 Oktober 2015 02:03:19 Diperbarui: 19 Oktober 2015 08:16:50 Dibaca :
127 Komentar : 1 Nilai : 1
Jangan Merusak Masa Depan Lingkungan Kami, Wahai Orang Dewasa!
Ini cerita tentang seorang anak yang waktu itu berusia 12 tahun, yang
menghadiri Rio Earth Summit/UNITED NATIONS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND
DEVELOPMENT, Rio de Janeiro, Brazil pada 3-14 June 1992. Anak itu
begitu berapi – apinya menyuarakan keperihatinannya terhadap tingkah
laku para orang dewasa (orang tua) yang menurutnya telah merusak masa
depan anak–anak. Dia begitu bersemangat memuntahkan keluh – kesahnya
atas kondisi dunia saat itu, dan ketakutannya akan masa depan masyarakat
dunia serta lingkungannya. Dialah Severn Cullis-Suzuki, gadis belia
yang sekarang telah dewasa dan telah menjadi orang tua bagi anak –
anaknya. Berikut ini adalah pidato Severn yang menggugah hati dan
pikiran setiap orang dewasa yang masih waras:
Kami anak – anak yang berusia 12-13 tahun yang berusaha membuat
perubahan. Kami adalah Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg
dan saya. Kami mengumpulkan uang pribadi untuk datang kesini, 5000 mil
jauhya, untuk mengatakan kepada anda, orang dewasa, anda harus mengubah
cara anda. Saya hadir disini dan saat ini tanpa agenda tersembunyi, saya
berjuang untuk masa depan saya. Kekalahan pada masa depan saya tidak
seperti kekalahan pemilu atau point pasar saham. Saya berada disni
berbicara untuk generasi yang akan datang. Saya disini berbicara atas
nama anak – anak yang kelaparan di seluruh dunia, yang tangisannya tidak
lagi didengar. Saya disni berbicara bagi binatang yang tak terhitung
jumlahnya di seluruh planet ini, yang sekarat karena tidak ada tempat
untuk mereka.
Saya merasa takut untuk berjemur di bawah sinar matahari karena ada
lubang ozon. Saya takut menghirup udara karena tidak tahu lagi ada bahan
kimia apa disana. Saya biasa memancing di Vancouver, tempat tinggal
saya, bersama ayah (atau keluarga). Hingga beberapa tahun yang lalu kami
menemukan ikan penuh dengan kanker. Dan setiap hari kita mendengar
hewan dan tumbuhan yang punah, hilang selamanya. Dalam hidup ini, saya
bermimpi dapat melihat kawanan besar binatang liar, hutan rimba
belantara penuh dengan burung dan kupu – kupu, tapi saya sekarang
bertanya – tanya, apakah itu akan tetap ada untuk anak – anak saya.
Apkah Anda merasa khawatir tentang hal kecil seperti ini ketika anda
seusia saya?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan kita belum bertindak apa – apa,
seolah –olah masih memiliki semua waktu yang kita inginkan dan semua
solusinya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan tidak memiliki solusi
untuk semuanya, tapi saya ingin Anda sekalian menyadari bahwa Anda pun
tidak mempunyai solusi! Anda tidak tahu bagaimana cara memperbaiki
lubang pada lapisan ozon. Anda tidak tahu bagaimana membawa salmon
kembali pada aliran deras, Anda tidak tahu bagaimana mengembalikan hewan
yang telah punah. Dan Anda tidak bisa mengembalikan hutan belantara
yang sekarang menjadi gurun. Jika anda tidak tahu bagaimana
memperbaikinya, berhentilah merusaknya!
Disini anda mungkin mewakili pemerintah, pelaku bisnis, organisasi,
wartawan atau politikus, tapi sadarilah bahwa anda adalah ibu dan ayah,
saudara dan saudari, paman dan bibi, dan Anda semua adalah anak dari
seseorang. Saya hanyalah anak kecil, namun saya sadar bagian dari sebuah
keluarga, 5 miliar orang (jumlah penduduk dunia saat itu, 1992), dan
pada kenyataannya, 30 juta spesies yang beragam dan batas negara seperti
pemerintahan, tidak akan pernah mengubah hal itu. Saya hanya anak
kecil, namun saya tahu bahwa kita bersama menghadapinya, dan seharusnya
bersama – sama beraksi sebagai satu dunia menuju satu tujuan.
Dalam kemarahan, saya tidak buta, dan dalam kekuatan, saya tidak takut
untuk memberitahu dunia, bagaiamana perasaan saya. Negara saya benyak
pemborosan, kami membeli dan membuang, membeli dan membuang. Namun
negara – negara di utara tidak akan berbagi dengan yang membutuhkan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
berbagi, Kita merasa takut merelakan sebagian kekayaan bahkan
kesejahteraan.
Di kanada, kami hidup dengan nyaman, makanan, air dan tempat tinggal
tersedia. Kami memiliki jam, sepeda, komputer dan televisi hingga saat
ini. Dua hari yang lalu, di Brazil, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan beberapa anak – anak yang hidup di jalanan.
Seorang anak mengatakan hal ini kepada kami: ”Aku berharap aku kaya, dan
jika ya, Aku akan memberi anak – anak jalanan makanan, pakaian, obat –
obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang.” Jika seorang anak
jalanan yang tidak memiliki apa pun, bersedia untuk berbagi, mengapa
kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?
Saya tidak habis pikir bahwa anak-anak tersebut seusia dengan saya, dan
ada perbedaan yang besar terkait di mana kita dilahirkan. Saya bisa
menjadi salah satu dari anak – anak yang hidup di Favellas Rio; Saya
bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia; Atau korban perang di
Timur Tengah; atau pengemis di India. Saya hanya seorang anak kecil,
namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang
dipakai menyelesaikan permasalahan alam, dan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan, betapa indahnya dunia ini jadinya!
Di sekolah, bahkan di TK, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik di
dunia. Anda mendidik kami untuk tidak saling berkelahi, untuk
menyelesaikan masalah,untuk menghormati orang lain, membersihkan
kekacauan, tidak melukai makhluk lain, untuk berbagi—bukannya serakah.
Lalu mengapa Anda, dalam hidup melakukan hal – hal yang Anda katakana
tidak boleh kami lakukan? Jangan lupa mengapa anda menghadiri konferensi
ini, untuk siapa anda lakukan semua ini? Kami anak – anak Anda sendiri.
Anda menentukan dalam dunia seperti apa kami akan tumbuh berkembang.
Orang tua seharusnya menghibur anak – anaknya dengan mengatakan:
“Semuanya baik – baik saja, ini bukan akhir dari dunia, dan kami akan
melakukan yang terbaik.” Tapi Anda tidak dapat mengatakannya lagi.
Pernahkah kami ada dalam daftar prioritas anda? Ayah saya selalu
berkata:”Kamu adalah apa yang kamu lakukan, Bukan apa yang kamu
katakana!” Nah, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam
hari. Anda mengatakan bahwa Anda mengasihi kami. Saya menantang Anda,
lakukanlah tindakan yang mencerminkan kata – kata Anda! Terima kasih.
Alih bahasa Video ini disadur (dengan sedikit koreksi) dari koleksi
Video yang di upload oleh user Facebook dengan nama Wahyu Kristian
Wijaya. Versi asli dalam bahasa Inggris bisa dilihat di link ini: Severn
Cullis-Suzuki at Rio Summit 1992.
23 tahun setelah pidato bersejarah Severn itu, tampaknya tidak merubah
apa apa. Bahkan jika dilihat dengan mata, hati dan pikiran, kondisi
dunia dan lingkungan saat ini jauh lebih berbahaya bagi kehidupan
manusia saat ini, apalagi diwaktu yang akan datang. Apakah para orang
dewasa, saat itu dan saat ini tidak benar – benar menjalankan tugas
mereka sebagai orang tua yang baik dan benar? Entahlah, semua itu
kembali kepada pribadi masing – masing. Dunia dan khusunya Indonesia,
butuh manusia yang bertanggungjawab untuk mempertahankan kelangsungan
hidup manusia dan lingkungannya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gorua/jangan-merusak-masa-depan-lingkungan-kami-wahai-orang-dewasa_5623ecde1d23bd3707261108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar